Aku Di Perkosa Peronda Malam
SitusDewasa - Aku adalah seorang mahasiswi yang memiliki nafsu seks yang cukup
tinggi. Sejak keperawananku hilang di SMA aku selalu ingin melakukannya lagi
dan lagi. Kalau dipikir-pikir, entah sudah berapa orang yang menikmati tubuhku
ini, sudah berapa penis yang pernah masuk ke vaginaku ini, aku juga menikmati
sekali nge-seks dengan orang yang belum pernah aku kenal dan namanya pun belum
aku tahu seperti para tukang yang pernah aku ceritakan pada kisah terdahulu.
Nah ceritanya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku
seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang
benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku
meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, arlojiku menunjukkan pukul 8
lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku
cukup jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena aku
jarang berkunjung ke temanku yang satu ini. Di perjalanan aku melihat sebuah
pom bensin, tapi harapanku langsung sirna karena begitu mau membelokkan mobilku
ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi kesal sampai menggebrak setirku,
terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih
buka atau segera sampai ke rumah.
Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap,
tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik hingga kutepikan
mobilku dan kucoba menstarternya, namun walupun kucoba berulang-ulang tetap
saja tidak berhasil, menyesal sekali aku gara-gara tadi siang terlambat kuliah
jadi aku tidak sempat mengisi bensin terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua
orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa
diharapkan bantuannya. Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang
lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan menuju ke sana untuk
meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5 orang di sana sedang
ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah yang mendapat
giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.
“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya salah seorang
yang berpakaian hansip.
“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.
“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
“Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku.
Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.
“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
“Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku.
Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”.
Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak Setengah Baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.
Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak Setengah Baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.
Kompleks itu
sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat isengku dan membayangkan
bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian juga
sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas
akhir-akhir ini, aku iseng-iseng berkata, “Wah.. panas banget yah belakangan
ini Pak, sampai malam gini aja masih panas”. Aku mengatakan hal tersebut sambil
mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian dengan santainya kulepaskan setelan
luarku, sehingga nampaklah lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan
tidak berkedip, agaknya umpanku sudah mengena, aku yakin mereka pasti
terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku
sepertinya sudah tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lenganku,
aku diam saja diperlakukan begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek
berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku, tangannya diletakkan diatas
pahaku, melihat tidak ada penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat
ke atas hingga sampai ke payudaraku. Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda
ketika si tukang ojek itu meremas payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda
di sampingku yang sudah terasa mengeras.
Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak
maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke
leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku, sebentar saja aku sudah
merasakan kedua buah dadaku sudah digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku
mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku.
“Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.
“Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.
Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir
kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara mereka yaitu si
pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran jaga, Mat dengan
bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si hansip mendekapku dari belakang
dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa benar jari-jarinya merayap
masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang ojek membungkuk
untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah menegang itu disedot dan
digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu.
Mereka bertiga sudah membuka celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang
sudah mengeras, aku sampai terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu,
terutama punya si hansip, penisnya paling besar diantara ketiganya, hitam dan
dipenuhi urat-urat menonjol.
Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah telanjang
bulat. Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk
dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembutku meremas-remas buah zakarnya,
sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di mulutku yang mungil,
paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggulku
dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku, dengan kedua jarinya
dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara bulu-bulu
hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vaginaku, dia juga melakukan
jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang
memuncak, kedua pahaku mengapit kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat
di bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudaraku sambil penisnya kukocok
dengan tanganku dan payudaraku yang satunya diremasi si hansip yang sedang
ku-karaoke.
Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela
mengintipku diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak
sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama kemudian aku mencapai
orgasme pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku, tubuhku
mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan tertahan karena mulutku penuh
oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya
dengan rakus sampai terdengar bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”. Puas menjilati
vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku,
eranganku mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu
lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya
dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam. Bapak
bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati dan kuemut, sedangkan
si hansip sekarang sedang meremas-remas payudaraku sambil menjilati leher
jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher
dia jilati juga telingaku lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dia
caplok dengan mulutnya
Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba
genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya tumpahlah
maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu dia lepaskan
penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh si hansip yang
mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan dan lututku. Kembali
vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai aku meringis dan mengerang
menahan sakit ketika penis itu.cerpensex.com
“Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.
“Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.
Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras
setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak bersarung
yang duduk mekangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan penisnya, penis
itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu
kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong penisnya, kedua buah zakarnya
kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip mengakangkan pahaku
lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil
memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya
ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas
rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya,
tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.
“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.
“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.
Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu
muncul si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari membeli
bensin.
“Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat.
“Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula.
“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.
“Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat.
“Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula.
“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.
Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari
belakang, kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah
berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku, dan payudaraku
yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak Mat begitu buasnya mencium dan
memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi
ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku
dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu
payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si Bapak
bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher jenjangku
membuat darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin
keras dan pegangannya pada lenganku juga makin erat. “Aaahh..!”, aku mendesah
panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan dengan si
hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku yang sudah
becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku.
Tubuhku sudah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.
Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si
Bapak bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja
aku menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek menindihku dari
belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku. Edan memang
si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main sodomi lagi. Untung
daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga melicinkan jalan bagi benda hitam
besar itu untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku
menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti
disangkanya sedang terjadi pemerkosaan. Dua penis besar mengaduk-aduk kedua
liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang
menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku, tanpa
disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak terlalu besar
memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah,
sepertinya dia grogi
“Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?”, tanyaku di tengah
desahan.
“Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
“Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang
tadi berjaga itu kembali masuk.
“Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata
“Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”.
Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.
“Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata
“Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”.
Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.
Setelah mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku
dengan handuk basah yang diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku.
Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku atau meremas dadaku. Si tukang
ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa sejerigen bensin yang tadi
dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin ternyata dia masih belum puas,
dengan paksa dilepaskannya celanaku dan menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami
melakukannya dalam posisi berdiri sambil berpegangan pada mobilku selama 10
menit. Untung saja tidak ada orang atau mobil yang lewat disini. Setibanya di
rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang bau sperma itu di bawah shower lalu
tidur dengan perasaan puas.
Aku Di Perkosa Peronda Malam
Reviewed by PokerResmiIndonesia
on
January 29, 2019
Rating:

No comments: