Perkosa Adek Mantan Pacarku
SitusDewasa - Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam
impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini.
Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa kuliah dulu. Semuanya bdrawal dari
datangnya musim kemarau yang berkepanjangan tahun lalu.
Untuk mengembangkan usahanya, Abah telah
mendapatkan kredit yang lumayan besar dari sebuah bank swasta. Semula, Abah
tidak mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya karena hasil yang
diperoleh Abah dari perkebunannya yang luas dan modern sangat berlimpah. Karena
itulah Abah dapat mengirim aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah universitas
terkemuka di negeri ini.
Namu, musim kemarau berkepanjangan tahun lalu
telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun Abah mati
kekeringan. Karena stress, Abah terkena stroke dan aku pun harus membatalkan
niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.
Semakin hari kondisi Abah tambah menurun. Kami
sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan
membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kami sudah tidak punya
apa-apa lagi yang dapat kami jual, sementara rumah dan lading sudah diagunkan
Abah ke bank untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.
Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank
datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar
selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan lading apabila kami
tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami hanya
bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka hanya
petugas rendahan yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak
dapat membantu kami.
Di tengah kekalutan, datang seorang laki-laki
paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di
kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Abah. Kami mengenal
pria ini sebagai Pak Kusrin. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh Pak
Kusrin pada hari itu juga. Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada
Pak Kusrin, karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di kolong jembatan
atau emperan toko.
Malam itu Pak Kusrin datang ke rumah kami dan
aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak disangka, ketika Mak pergi menengok Abah
di kamar, Pak Kusrin mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.
“Kamu sadar, kan … Wati, Utang abah kamu besar
sekali. Saya harus mengeruk tabungan untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau
itu dianggap amal jariah. Saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin
mendapatkan kamu, Wati,” kata Pak Kusrin.
“Ma …. Mmaa …maksud Pak Kusrin, bapak mau
mengambil saya sebaga istri?” tanya ku terbata-bata.
“Wati … Wati …Kalau saya mengambil kamu
sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan hilang. Saya
tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu
persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas,”
kata Pak Kusrin sambil menyeringai.
Begitu mendengar keinginan Pak Kusrin, Mak
langsung meminta Pak Kusrin pergi dari rumah kami, namun Pak Kusrin membalas
ucapan Mak dengan mengatakan bahwa dial ah yang sebenarnya berhak untuk
mengusir kami dari rumah ini. Pak Kusrin benar dan kami tidak punya alasan lain
untuk membantahnya. Aku dan Mak menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar
bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku
yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan Pak Kusrin.
Malam itu, Pak Kusrin menjadi lelaki pertama
yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang Abah.
Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Kusrin masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.
Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Kusrin masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.
Pak Kusrin meminta aku mengulum kontolnya.
Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Kusrin dan memasukkannya ke mulutku.
Air mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada
akhirnya terpaksa harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Kusrin menjambak
rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski sempat
tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Kusrin
menikmati layananku sambil mendesah dan mendesis. Setelah beberapa menit
berlalu, kotol Pak Kusrin menjadi semakin tegang dan Pak Kusrin memegang
kepalaku dengan kedua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku. Dia
mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena
kepalaku tertahn kedua tangan Pak Kusrin, aku terpaksa menelan peju yang keluar
agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju Pak Kusrin meleleh keluar dari
mulutku ketika Pak Kusrin menarik keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.
Kemudian Pak Kusrin meminta aku membuka semua
pakaian yang aku kenakan. Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang pernah melihat
aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan meminta aku rebah
di atas tempat tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke
atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia meremas
payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan
patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan
sebelumnya pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan
membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu
payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak
menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya.
Pak Kusrin telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.
Sensasi yang membuat aku melambung ke awing-awang.
Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua
pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Kusrin membuka bibir memekku dan
dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya
tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku sudah di luar kendaliku
sendiri karena nafsu birahi telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan
mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Kusrin berpindah dari dadaku, turun ke
perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan
lidah dan bibirnya dia melahap memekku. Habis sudah pertahananku. Aku kini
bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut
rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.
Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak
Kusrin berhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia
gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu
justru mengangkat pantatku sehingga ujung kotol Pak Kusrin menyodok masuk ke
lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih
nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon Pak Kusrin untuk cepat-cepat memasukkan
kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku endiri dan liur Pak Kusrin.
“Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan
lagi,” kataku.
“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis
tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil
melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit. “Agak sakit sedikit,
kamu tahan ya …”
“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku.
Separuh kotol Pak Kusrin kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan
pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang
timbul karena gesekan dinding memekku dengan kotol Pak Kusrin. Tiba-tiba Pak
Kusrin mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk
semuanya ke memekku.
“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak.
Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol Pak Kusrin. Namun rasa pedih
di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak
terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku. Pak Kusrin
cuma terkekeh.
“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”
Kemudian Pak Kusrin mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”
Kemudian Pak Kusrin mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.
“Ahhhhh Watiiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “
kata Pak Kusrin.
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Kusrin. Aku sudah memperlakukan Pak Kusrin seperti seorang suami. Pak Kusrin mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Reluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Kusrin. Aku sudah memperlakukan Pak Kusrin seperti seorang suami. Pak Kusrin mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Reluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.
“AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH
…” aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku. Hal yang semula
aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata
begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas
pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu
aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi
yang aku rasakan.
Pak Kusrin yang belum mencapai klimaks tidak
terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas
tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia
menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku. Dia memegang buah dadaku
dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi
kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara
kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku. Aku yang masih lemas
karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kotol Pak Kusrin yang timbul
tenggelam dari celah itu. Setelah beberapa menit Pak Kusrin mempercepat
gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan
payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.
“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….”
kata Pak Kusri sambil kembali mengenakan pakaiannya. “Mulai hari ini sampai
batas waktu yang aku tentukan nanti, kita akan sering melakukannya. Kamu harus
siap kapan pun saya ingin menyelipkan kotol ini di memek kamu,” sambungnya
sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.
Begitu aku sadar tentang apa yang telah
terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun
aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik
pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku
dapat dari persetubuhan itu memang begitu indah. Aku bahkan tidak menyeka
mukaku yang berlumuran air mani Pak Kusrin yang bercampur air mataku.
Mak yang rupanya sempat menyaksikan
detik-detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Kusrin dengan setengah berlari
menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku “Watiiii …… Maafkan Mak dan Abah ya
nak. Karena kami kau harus melakukan ini,” kata Mak sambil membersihkan wajah.
Leher dan dadaku dari air mani Pak Kusrin dengan sapu tangan yang diambilnya
dari meja riasku. (Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Kusrin
itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di
sana). Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, tak mapu untuk berkata
apa-apa. Mak menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk
tidur. Aku pun terlelap sampai pagi.
Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak
Kusrin sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku.
Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan Abah dan makan sehari-hari.
Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Kusrin untuk
waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.
Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku
bertemu Pak Kusrin di tengah jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan
Pak Jono, sopirnya. Rupanya Pak Kusrin sedang meninjau pembuatan sumur bor di
tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai,
sehingga Pak Kusrin bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi
orang yang lalu lalang. Pak Kusrin menyapaku dan meminta aku untuk berhenti
sebentar.
“Wah baru selesai belanja rupanya …” kata Pak
Kusrin.
“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam
Abah dan Mak nanti,” jawabku.
“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,”
katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.
Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak
berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Kusrin membuka retsleting
celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum
kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor,
Pak Kusrin menikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan. Aku pegang
kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya
keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil
beristirahat. Pak Kusrin begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis
bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang
membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu juga rasanya ditonton orang, walau
hanya cuma beberapa kepala saja.
kotol Pak Kusrin sudah begitu tegang dan
keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak.
“Masak di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku. “Tenang saja …
Ayo cepat buka,” katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya
sendiri. Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar
memekku tidak terlihat oleh orang-orang di lading atau Pak Jono yang berdiri
tidak jauh dari kami, setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku.
Pak Kusrin meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di
atas kapnya. Pak Kusrin kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian
belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu
sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi
bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan orang banyak membuat
aku agak terangsang. Pak Kusrin sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku
dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.
“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?”
katanya. “Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masuk,”
sambungnya. Aku mnegikuti keinginannya. Badanku aku bungkukkan sedikit sehinga
pantatku agak menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan. Akhirnya, hal itu pun
terjadilah. kotol Pak Kusrin masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak
Kusrin masih agak kesulitan menembus lubang di selangkaganku. Pelan-pelan
dengan dibimbing tangannya kotol Pak Kusrin akhirnya melesak masuk. Badanku
agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kotol Pak Kusrin pada
dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan Pak Kusrin mulai menggenjot
kontolnya keluar masuk memekku.
“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh….”
desahku pada setiap tusukan. Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi
genkotan Pak Kusrin. “Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku terus
mendesah.
“Nikmat sekali … Goyang terus, Wati … Yaaaa ……
Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata Pak Kusrin. Tangan Pak Kusrin
memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku.
Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju.
Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan
beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buat aku. Aku merasa
seperti wanita jalang yang hanya punya satu tujuan hidup: seks. Aku sangat
menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan
kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak. Kenikmatan itu
sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.
“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat …..
Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …”
Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Kontolnya bergerak lebih cepat keluar
masuk memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan
melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak Kusrin.
“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr
…. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH …..AAAAAAHHHHHHHHHHH ….” Aku berteriak
melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-ledak di dalam tubuhku. Orang yang
lewat dan para tukang yang sedang bekerja di lading membuat sumur bor
mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi.
Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku
kembali melemas, Pak Kusrin mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku
melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan
menjilari kotol Pak Kusrin hingga akhirnya kotol itu menumpahkan air mani
kental berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku.
Lalu aku menjilati sisa air mani dari kotol Pak Kusrin hingga bersih.
Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan
minta ijin Pak Kusrin untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi.
Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika
berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik
perhatian mereka. Aku terus bejalan tanpa mempedulikan mereka. Sesampai di
rumah aku memberika belanjaanku kepada Mak yang bingung melihat ceceran air
mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya. Selitas aku melihat air matanya
berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau memng aku harus menjadi budak seks Pak
Kusrin untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati
setiap persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun, aku toh harus melakukannya
….
Hari ini aku kembali membawa Abah ke rumah
sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi Abah
sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah
sakit untuk mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada dokter itu untuk
memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk
mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia
melakukannya. Aku katakana pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan
kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari
mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak
akan takut lagi persetubuhanku dengan Pak Kusrin berakhir dengan kehamilan.
Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku,
sore tadi Pak Kusrin bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan
aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan
kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku sambut Pak Kusrin di
pintu depan dan menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan
secangkir teh, aku menemani Pak Kusrin berbicang-bincang sebentar.
“Wati, kita ngewek di taman belakang sana yuk
…” kata Pak Kusrin. “Sudah lama kan kita gak ngewek.” “Terserah Bapak saja …
Saya kan gak bisa nolak,” jawabku pasrah. Pak Kusrin bangkit dari kursi tamu
dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di
belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi
bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang
yang selalu dipangkas rapi. Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari
batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi
berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di udara terbuka,
membayangkannya saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku sudah
basah ….
Pak Kusrin meminta aku menanggalkan semua
pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana
dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, Pak
Kusrin meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia juga mencopot
pakaiannya, sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru lahir. Dia
berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin
menciumi dan menjilati memek dan itilku. “Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh …..
Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil
terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.
Setelah memekku benar-benar basah, Pak Kusrin
duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan
mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan
bertumpu pada pundak Pak Kusrin aku bergerak naik turun sehingga kotol Pak
Kusrin bergerak bebas keluar masuk memekku. Sebentar saja aku sudah tenggelam
dalam kenikmatan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Kusrin
sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita
lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala
perlakuan Pak Kusrin. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sambil
duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut Pak Kusrin yang kasar
setiap kali aku bergerak turun.
Setelah bermain dengan posisi duduk selama
beberapa puluh menit, Pak Kusrin meminta aku rebah di meja batu besar dan dia
pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke
atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi
menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kotol Pak Kusrin. “Aaaaahhhhhh ……
Ini baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Kusrin sambil terus menggenjot pinggulnya.
“Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Satu tanganku
menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap
tusukan kotol Pak Kusrin di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin
itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin
pentil buah dadaku.
Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan
kenikmatan rangsangan itu. “Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar
dari mulutku setiap kali Pak Kusrin menyodokkan kontolnya. “Kocok yang cepat,
Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku
sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……” seperti yang sudah-sudah Pak Kusrin pun
memenuhi permintaanku. Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat.
Ergesekan kotol Pak Kusrin dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh
kami sudah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai
orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH
….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku kaku menjulur ke atas dan
pahaku mengatup. kotol Pak Kusrin tak bisa lagi bergerak. kotol itu
berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental
memenuhi rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak Kusrin pun berteriak sambil
memancarkan cairan spermanya. “WATIIIII …. SAYA JUGA KELUARRRRR…”
Pak Kusrin tertunduk lemas sambil bertopang
pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun
Pak Kusrin sepertinya sengja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia
beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika kontolnya sudah
benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Kusrin mencabutnya dan rebah
disampingku.
“Wati, kamu tadi menjepit kotol saya sehingga
saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu.
Apa kamu sengaja agar kamu hamil?” tanya Pak Kusrin. “Tenang Pak. Aku sudah
pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku. “Ohhhh … sukurlah.
Aku agak kaget tadi,” kata Pak Kusrin lega dan untuk pertama kalinya dia
mencium keningku.
Setelah merenggut keperawananku dan
menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama Pak Kusrin menciumku. Aku
memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian
berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali …
Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku.
Karena ciuman itu Pak Kusrin dan aku kembali terangsang.
Tangan Pak Kusrin kembali beraksi meremas
payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan
mengocok kotol Pak Kusrin agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang,
aku mendorong Pak Kusrin agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas
tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kotol Pak Kusrin kembali masuk ke memekku
yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami pun terhanyut kembali dalam
gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut
kami.
Sore itu, dua kali Pak Kusrin menumpahkan air
maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku menguyur kotol Pak Kusrin dengan
cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak Kusrin kembali berpakaian
dan pamit pulang. Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di
tanganku. Aku menerimanya. Aku butuh untuk pengobatan Abah, membayar listrik
dan makan sehari-hari.
Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang,
rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani Pak Kusrin menetes keluar
dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu
aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik. Mungkin Mak yang menyellimuti
aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk memberihkan badanku
dari keringatku dan keringat Pak Kusrin. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan
rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali
rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku bisa
melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku. … Terima kasih,
Tuhan…
Aku mendapat kabar dari Pak Jono tadi siang
ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa
Pak Kusrin dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan “kegiatan”
kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri Pak Kusrin mengancam untuk
mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Kusrin cuma tersenyum saja mendengar ancaman
itu. Aku sempat bingung ketika Pak Jono bilang terima kasih kepadaku. Ternyata
setelah pertengkaran itu, istri Pak Kusrin sudah beberapa kali mengajak Pak
Jono bersebadan.
“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama
Neng Wati, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama Ibu
saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng. Bosan juga sama yang di
rumah,” kata Pak Jono.
Tadi sore Pak Kusrin datang berkunjung untuk
mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi.
Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun
berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan.
Sementara itu tangan Pak Kusrin terus bergerilya di setiap bagian tubuhku. Baju
kami pun stu per satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar
telanjang seperti bayi yang baru lahir.
Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika
sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan Pak Kusrin kembali
terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat
menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di
atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.
Pak Kusrin mendorong tubuhku hingga rebah di
sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan
dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kotol Pak
Kusrin agar tepat sasaran. Sekali dorong, kotol Pak Kusrin pun menerobos masuk
liang sanggamaku. Sambil memegang kedua betisku,Pak Kusrin mulai melakukan
gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam dalam memekku. Buah
dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kotol Pak Kusrin ke
dalam memekku.
Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk
menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kotol Pak
Kusrin yang keluar masuk memekku. Setiap kali Pak Kusrin mendorong masuk
kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik keluar,
memekku menjadi agak gembung. Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di
selangkanganku. Semua itu membuat aku semakin terangsang.
“Kamu suka melihatnya, Wati?” tanya Pak Kusrin
sambil terus bergoyang. “Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka
rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” Jawabku
di sela-sela desahan kenikmatan. Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa
pegal. Pak Kusrin menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut
dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gentian
Pak Kusrin yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi. Aku menyuruhnya
berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas
tubuhnya dan menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti
seorang koboi yang sedang menunggang kuda.
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi. “Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Kusrin sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi. “Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Kusrin sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.
Aku terus menggerakkan pantatku naik turun
sehingga kotol Pak Kusrin bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam
memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak
terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Aku
mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks. “Ahhhhh
…. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …”
kataku. “Saya juga ..” kata Pak Kusrin sambil menggerakkan pantatnya sehingga
gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat. Tak lama kemudian puncak
itu pun tercapai. “YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH …….AHHHHHHHHHHH,” kami pun
berteriak bersamaan melepas semua rasa. Badanku mengejang dan menekuk ke
belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Kusrin yang juga
menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas
dada Pak Kusrin. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami.
Kami berpelukan dan kembali berciuman selama
beberapa menit. Tangan Pak Kusrin mengelus-elus punggungku sementara aku terus
berbaring di atas badannya. Aku biarkan kotol Pak Kusrin tetap di dalam memekku
walaupun kotol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan
kehadiran kotol itu di memekku. Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani
Pak Kusrin yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan
mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan
kami itu membasahi sofa.
Setelah berpakaian kembali, Pak Kusrin
menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa dan telanjang bulat. Pak Kusrin
mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja
dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Kusrin seperti biasa
mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya.film barat klik Kali ini uang itu dia
gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia
air maninya.
Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku
yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap
telanjang. Setelah melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku ambil selembar
handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi. Di
ruang makan, aku bertemu Mak. Aku berikan uang pemberian Pak Kusrin yang telah
basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke Mak. Hari ini, uang yang kami
butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku ….
Perkosa Adek Mantan Pacarku
Reviewed by PokerResmiIndonesia
on
January 25, 2019
Rating:

No comments: